Jumat, 29 Oktober 2021

Haaii,


sudah lama tidak menyapa sosial media ini, padahal dulu waktu lagi galau curhatnya kesini, hehe. Asik, tak ada telinga untuk mendengarkan blogpun jadi sasaran. Lagian kan gak ada pembacanya ini akun, tapi gapapa toh kalau sudah baik-baik saja nanti akan saya baca lagi dari awal.


Hari ini saya akan mengumumkan bahwa projeck saya yang sudaH saya tentukan temanya akan saya upluod setiap seminggu sekali. Iya, baru temanya doang, alur ceritanya gimana? kamu baca saja sendiri.
harap maklum ya jika nanti kamu akan bosan membacanya, soalnya kisah hidup saya memang cukup membosankan, sampai-sampai saya iri sama kisah hidup orang lain. Aneh, padahal Tuhan udak baik banget ngasih hidup seperti ini. Manusia memang gak ada rasa bersyukurnya ya.

see u bulan depan pembacaku 
(peluk online)

Jumat, 04 Desember 2020

Friendzone 


Harusku bilang berapa kali bahwa kunci persahabatan antara pria dan wanita tidak boleh melibatkan perasaan. Jika salah satu dari kalian terjebak didalamnya, ku kira kau akan benar-benar babak belur kali ini. Tak ada yang lebih menyakitkan dalam mencintai selain mencintai sahabat sendiri. Dalam kasus ini hanya akan ada dua kemungkinan ; pertama, cintamu diterima sebab dia juga punya rasa yang sama, kedua; cintamu ditolak dan kalian akan menjadi canggung atau bahkan saling menjauh. Tapi, ada hal yang lebih buruk ; -saat kalian memutuskan berpisah setelah menjalin hubungan, untuk kembali menjadi sahabat seperti sebelumnya kemungkinannya sangat kecil.

Banyak dari kita yang menyukai sahabat sendiri, tapi seolah-olah itu semua tak terjadi dan enggan mengakui. Nyatanya, kita nyaman-nyaman saja masuk kedalam circel friendzone selama dia tak menunjukkkan menyukai orang lain. Namun, semua bisa menjadi boomerang saat kau tau dia menyukai orang lain. Ada degupan kencang didadamu saat dia bercerita tentang gebetan atau pacarnya, kau akan menggangap semua cerita sudah tak menyenagkan, lalu kau akan menyalahkannya.

Friendzone memang menyebalkan, dan aku setuju kali ini, heee.
Sebenarnya siapa yang salah jika salah satu sudah masuk kedalam zona friendzone? hmmm,... menurutku "sama-sama salah", ga mungkin ada asap, kalau ga ada api bukan?.
Satunya baperan, satunya lagi kerap memberi perhatian. Satunya chatan pake hati, satu lagi chatan cuma sekedar basa basi. Setiap hal kecil dianggap perhatian, padahal hanya untuk mengisi waktu luangnya. Semua perhatian dikira hanya untuk dia, padahal diperlakukan sama dengan yang lainnya. 
Jadi, dari pada sibuk saling menyalahkan hingga baku hantam, kenapa tidak merasa sama-sama salah?

Manusia memang aneh, semua yang mudah kerap dibuat rumit, dari pada harus terjebak kedalam zona Friendzone, kenapa tidak berterus terang tentang perasaanmu? untung-untung kalau dia juga punya rasa yang sama. Tak usah menerka-nerka tentang hubungan kalian, buang dulu ego yang tinggi itu. Menurutku, kamu berhak menanyakan status hubungan kalian agar kau tak salah kiprah untuk kedepannya, lebih baik bertanya agar tak banyak tanda tanya, lebih baik ditolak dari pada diberi harap tanpa kepastian. Apapun jawaban yang dia berikan kamu harus menerimanya dengan lapang dada, sebab bahagianya tak melulu tentang kamu. 
Semoga berhasil ya, heeee.

Kamis, 03 Desember 2020

Bertanya 


Semua tentang kita kenapa sangat membingungkan?

kenapa kau selalu ada hingga tiba-tiba tiada?

kenapa kerap memberi perhatian, jika akhirnya menyisakan tangisan?

kenapa terus-terusan memberi bayangan jika tiba-tiba menghilang?

kenapa enggan memberi kepastian, hingga dia yang jadi pujaan?

kenapa kau genggan tangan ini, jika akhirnya dilepaskan?


ahh....

bukankah ini melelahkan?

bahkan belum memulai, namun harus kandas ditengah perjalanan.

skenario Tuhan benar-benar diluar dugaan,

diawali dengan banyak senyuman, lalu diakhiri dengan sakit yang disembunyikan.


gak apa-apa, gak semua hal harus baik-baik saja,

bak gulai tanpa garam, hidup tak mengasikkan jika tak dibumbui kesedihan,

bukankah untuk melihat pelangi yang indah harus ada hujan yang lebat dahulu?


Kamis, 12 November 2020

 Tentang seseorang


Sebenarnya aku enggan membahas ini, tapi banyak sekali orang-orang yang  bertanya "pria seperti apa yg aku inginkan?". hmm,.... aku menyukai pria yang mempunyai senyuman manis dan kumis tipis, pria yang baik dan ceria, pria yang bisa membuatku bersemangat hanya dengan mendengarkan suaranya, pria yang bisa membuat pair jantungku, pria yang sederhana dalam berucap, pria yang akan menegurku saat aku melakukan kesalahan, pria yang tak banyak menuntut, pria yang akan selalu mendukungku bahkan saat aku berada digaris terbawah dan aku menyukai pria yang hanya dengan memikirkannya membuat jantungku berdegub kencang.

Lalu orang-orang akan berkata "mana ada pria yang seperti itu", "dia ada, dan aku sudah menemukannya", sahutku.

Jumat, 06 November 2020

 Writing


Jika ditanya 'Apakah menulis membuatku senang?", hmm....  jawabannya "tidak". Menulis tidak membuatku senang, tapi membuatku merasa lebih baik. Bagiku menulis tidak pula semata-mata untuk menyenangkan orang lain/pembaca, aku menulis agar dapat menuangkan semua yang terpendam agar tidak menjadi beban pikiran. Saat keadaan sudah membaik, lalu membaca beberapa tulisan rasanya melegakan, senyuman sumringah mengiringi tiap bacaan, lalu aku aku akan berkata "aku sudah baik-baik saja sekarang". 

Jujur saja, aku tidak terlalu peduli perihal pembaca menyukai atau tidak. Kata seorang penulis favoriteku kuncinya kita suka dengan tulisan kita sendiri, orang lain suka atau tidak hak mereka, sebab masing-masing orang punya selera berbeda. Tapi, jika ada yang memberi masukan aku akan menghargainya, tenang saja hehee.

Menulis bagiku juga merupakan sebuah catatan kenangan, entah kenangan bahagia atau duka. Bagaimana tidak? semua yang ditulis kelak suatu saat akan aku baca mulai dari halaman pertama, akan aku nikmati setiap diksi yang aku gunakan untuk mengungkapkan perasaan saat itu. Bagaimana tidak menulis membuatku menjadi lebih baik? saat semua terpendam didalam kepala dan tak ada teman bercerita, ku tuangkan semuanya dalam gumpalan diksi-diksi yang cukup mewakili isi hati, lalu setelahnya aku akan dapat tertidur lelap. 

Mungkin kita punya cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkan perasaan atau isi kepala, tapi bagiku menulis adalah jalan ninjaku, entah aku harus menulis dibelakang buku kuliah, di blog, dibuku coret-coret, didinding, di buku diary, di belakang buku pencatatan pasien atau di memo handphone

Kamis, 29 Oktober 2020

Bentala 


Negeri ini penuh flora dan fauna,

hutan dinegeri ini disebut parau-paru dunia,

sabang hingga merauke membentang kepualuan,

kekayaan budaya tiada tandingan.


Hidup dan bernafas di negeri dengan banyak kekayaan,

laut dan hutan cukup untuk menghidupkan,

namun kerap melontarkan keluhan,

manusia memang penuh ketamakan.


Dunia penuh kefanaan,

semua tampak membingungkan,

kemiskinan dan kekayaan menjadi acuan,

kau diagungkan saat punya kekuasaan.


Menyedihkan,

saat anak-anak bangsa mati-matian mencari pekerjaan,

pekerja asing terus didatangkan.

menyakitkan,

saat menlihat komodo menangis,

sebab tempat tinggal sudah menjadi zona merah investasi.

memilukan,

saat hutan dibakar, elite yang diuntungkan sedangkan peladang yang disalahkan.

menyebalkan,

saat lautan membentang luas, tapi masih import garam.

 


Rabu, 28 Oktober 2020

Ambigu 


Kita berada pada sebuah persimpangan ; antara harus bertahan atau udahan. Kita sudah diambang kepiluan hingga saling meragukan. Semua tentang kita sudah diunjung tanduk, haruskah kita terus bertahan jika hanya aku yang mati-matian mengusahakan? atau kita sudahi saja kisah ini sebab kau sudah tak peduli?.

Hatiku bukan taman bermain, yang bisa kau datangi lalu pergi tanpa pernah berpamitan. hatiku bukan wahana bianglala, yang bisa kau naiki lalu turun tanpa sepatah kata. Hatiku bukan buku, yang bisa kau buka tutup sesukamu. Hatiku bukan badut, yang hanya menghiburmu kala kau terpuruk. hatiku bukan jemuran, yang bisa kau diamkan lalu digantungkan. Hatiku juga bukan layang-layang, yang bisa kau tarik ulur sesukamu.

Menyesakkan, saat aku tau kau online tapi tak membalas pesan. Menyebalkan, saat aku mencoba bertahan, namun tak ada lagi kepedulian. Memilukan, saat aku berusaha memperbaiki, kau justru menjauhi. Menyakitkan, saat aku meminta kejelasan kau malah sembunyi tangan.

Aku bertahan bukan karena terlanjur lama, namun rasanya yang masih sama, seperti jumpa pertama. Ingatkah kau jumpa pertama kita? di sebuah kedai kopi langgananmu. Kita sudah sejauh ini, dan untuk sampai ketitik ini tak mudah. Ceritakan jika ada yang menggangu pikiran, beri tahu jika sudah ada yang baru, barangkali aku akan rela mengikhlaskan dari pada digantung tanpa kepastian..


 Sedkit ku sedih


Hari ini tak sengaja mebuka album foto semasa kuliah. Kulihat satu persatu wajah mereka sembari berkata " kita pernah sedekat ini". Kita masih lucu-lucunya waktu itu, ke kampus tanpa make up dan goresan lipstikpun tak masalah, tidur saat mendengarkan pelajaran, datang pagi-pagi untuk menyalin tugas, hafalan yang ingin membuat pingsan, bahkan mencit pernah jadi sasaran dimana nyawanya direnggut oleh seorang kawan.

Kita berjalan tampak tak ada beban pikiran, saling bergandengan, memberi semangat masing-masing insan, hingga tiba pada perpisahan. Sejauh ini tak ada yang menyenagkan dari perpisahan. Tangisan? tentu saja, namun jelas disembunyikan.

Kini grup kelas tak seramai dahulu yang sering di spam bila tak ada tanggapan, kampus menantikan orang-orang yang kerap berlalu lalang, kelas merindukan orang-orang yang akhlaknya tak ada ampunan, dosen-dosen kehilangan mahasiswa yang menyebalkan, laboratorium kesepian sebab tak ada lagi bon peralatan, buku-buku di perpustakaan merindukan belaian, parkiran merindukan keramaian dan gorengan bukde kehilangan pelanggan.

Jarak menjadi penyebab kerenggangan, pekerjaan menjadi alasan klasik saat diminta reunian, lalu kita  saling menyalahkan dan enggan memulai percakapan. Sekarang jaman sudah canggih, sudah ada telfon genggam dan kau hanya memerlukan 2 kata "Apa kabar?", hanya itu saja kau enggan, tapi sering spam chat ke gebetan dan mantan yang belum ada kejelasan. 

Aku tahu kalian semua juga rindu, tapi ego kalian melumpuhkan hingga tak berani mengungkapkan.

Semoga pesan ini dibaca kawan-kawan seperjuangan yang kerap aku banggakan.

#Marireunian

Senin, 26 Oktober 2020

Chocolate


Angin menyentuh tubuhku dengan malu,

dedaunan jatuh sebab mereka telah layu,

Aku tersenyum kala kau menghampiri,

mengajak ku menari menikmati hidup ini.


Engkau pencuri hati,

tanpa pernah kau sadari,

kau obrak abrik hati ini,

laikya gempa yang mengguncang bumi.


Kau manusia yang sederhana,

tapi mampu membuatku terpana.

kau cukup cakap,

hingga yang ku lakukan hanya menatap.


kau seperti hamparan sabana,

membuatku ingin terus menelusurinya.

kau seperti lagu indie,

yang ingin selalu aku candui.

kau seperti teh manis kesukaanku,

menyegarkan, menenangkan dan selalu menyisakan senyuman.



Minggu, 25 Oktober 2020

Lagi 


Hingga petang ini masih kutunggu sinar senja dari ufuk barat di atas perbukitan. Namun, lagi-lagi kabut menghadang pandangan dan yang kutatap hanyalah gumpalan awan yang kian menebal. Aku tak menyerah, kutunggu hingga kabut menghilang sembari menyeruput teh panas, tapi tiba-tiba yang ku dapatkan hanyalah malam.

Menunggu tidak selalu mengasikkan, kadang kecewa kerap datang agar kita dapat mengerti arti sebuah pensyukuran. Menunggu kadang menyebalkan, mungkin karena waktu tak memberi kesempatan. Menunggu kerap membuat naik darah,  mungkin alam semesta tak ingin kita menyerah. Menunggu juga banyak kejutan, sebab tidak semua tunggu berakhir perjumpaan.

Tapi setidaknya aku sudah berusaha, meski yang didapatkan kekecewaan.


Jumat, 23 Oktober 2020

Gelabah 


Dikesunyian malam,

dibawah bintang-bintang,

kulayangkan ribuan doa pada tuan,

tentang sebuah pensyukuran,

akan sebuah pertemuan.


Kau datang kala sinar senjaku mulai redup,

menghiasi lembaran hari dengan kebahagiaan,

kini kanvas kosongku sudah mulai terisi,

semoga kali ini tak hanya menghampiri.


Aku tak akan berbasa- basi,

sebab yang terdahulu kerap kali mengelabui,

saat ku kira dia rumah,

nyatanya dia hanya singgah.


bagaimana aku tidak menghela nafas?

jika yang datang hanya singgah lalu sirna.


 Penyesalan


Menyesakkan, saat harus menyaksikanmu mengucap kalimat sakral dihari pernikahan. Pagi itu, kau tampak menawan dengan sedikit riasan, kau amat bahagia hingga gemetaran, senyummu amat manis dengan kumis tipis, rambutmu yang biasanya acak adul kini berubah klimis, kau bertingkah menggemaskan sebab jantungmu ingin meledak katamu, kau menggempal kedua tanganmu yg menandakan kau cukup gelisah, tapi entah mengapa ini terasa memilukan untuk ku saksikan.

Untungnya, aku sudah terbiasa baik-baik saja didepanmu, ku lontarkan senyum bahagia meski dibaliknya banyak sekali luka, kubisikkan padamu agar tak salah ucap saat ijab kabul padahal yang ingin ku ucapkan ialah "jangan tinggalkan aku sendirian". Saat semua saksi berkata sah, air mata menetes dipelupuk mataku, kali ini aku tak bisa baik-baik saja dihadapanmu. ah, sialan, gejolak macam apa yang ada didalam dadaku saat ini, aku ingin menjerit, ingin memaki, ingin meraung-raung ditengah kerumunan, tapi kulihat kau tersenyum bahagia dan aku tak bisa berbuat apa-apa.

Sampai detik itu, semua perasaan tak pernah ku ungkapkan, dan yang tersisa hanya penyesalan. Kini yang tertinggal hanya kenangan, tak akan ada lagi pertemuan bahkan perbincangan. Bukan ingin menghilang, hanya saja aku enggan terus-terusan larut dalam penyesalan. Meski tak pernah terucap, kita memang memutuskan berteman, bukan malah membuat ikatan.


Kamis, 22 Oktober 2020

Telah pergi 


Kita pernah menjadi saling,

hingga akhirnya berpaling.

kita pernah mengayun sepeda,

dibawah terik dan hanya berdua,

bercengkrama perihal banyak cerita,

entah bahagia ataupun duka.


Sang sendyakala tersipu,

melihat senyummu yang malu-malu,

sang surya mulai memudarkan sinarnya,

dan diam-diam kau meninggalkan luka.


Kini atma amat nelangsa,

saat kau memutuskan pergi tanpa pernah berkata,

memutuskan berpaling tanpa pernah memulai,

meninggalkan meski tau aku takut sendiri,

kali ini kau benar-benar mengusap sembilu di hati ini.


sejenak sinar senjaku meredup,

mentari pagiku tak kunjung datang,

dan malam kini kian menakutkan.

Jumat, 16 Oktober 2020

 Elegi


Awan kian menghitam,

hujan tak kunjung datang,

ombak makin menghantam,

dan kesunyian tiba-tiba datang.


Sela-sela senja sangat menggemaskan,

ruang kosong tanpa harapan kian menampakkan,

suara jangkrik tak dapat lagi didengarkan,

bak kepiluan yang sengaja di sembunyikan.


Kisah yang sangat singkat justru sangat menarik,

sulit dilupakan sebab belum usai,

enggan meninggalkan sebab belum ada kepastian,

diam-diam masih menginginkan, walau kerap sembunyi tangan,

namun keadaan kian memilukan,

tak pernah berkompromi perihal luka,

lalu semesta diam kala dicerca.


Selasa, 13 Oktober 2020

Lara


 Ditengah perbincangan diantara kita,

ku hanya ingin mendengar semua tentang kita,

bukan malah bercerita tentang dia,

yang kian menusuk dada

bak anak panah yang datang bergerilya.


Kau tak mengerti, 

Bagaimana rasanya mendengarmu berbicara tentang wanita lain dihadapanku,

bagaimana rasanya melihatmu menyisipkan senyum kecil tiap kali selesai berbicara tentangnya, 

bagaimana rasanya menatap matamu yang seolah-olah memang hanya dia yang ada di dalamnya, 

bagiama rasanya menahan luka lalu dibalut tawa saat bersamamu, 

bagaiman rasanya menyukaimu diam-diam agar kau tak menghilang, 

bagimana rasanya di keduakan saat aku ingin di dahulukan.


Kita....

seperti fajar dan senja yang tak sejiwa,

seperti kopi dan teh yang tak serasa,

seperti hitam dan putih yang tak sewarna,

seperti minyak dan air yang tak menyatu.


Untuk semua rasa yang menancap didalam sukma,

ku layangkan dengan penuh harap didalam ruang hampa,

ku terdiam sembari menelaah semua rasa,

tentang bagaimana agar bahagia tanpa memaksa,

tentang bagaimana mengobati luka agar tampak baik-baik saja.


Pada detik kesekian, kita akan dipaksa mengikhlaskan,

meski kadang menyesakkan bahkan memilukan,

tak mengapa, semua bahagia sedang menunggu diujung perjuangan,

semesta terkadang memang menyebalkan.


Minggu, 11 Oktober 2020

Lapang 


Melegakan.......

setelah rela mengikhlaskan, pikiran kian tenang.

tak lagi menerka-nerka keadaan,

tak ada lagi tangisan,

tak ada lagi beban pikiran,

tak ada lagi perdebatan,

tak ada pula penyesalan.


Perihal merindu? tentu saja,

bak mentari pagi,

sinarnya menari-nari di imaji,

terbit dan merekah disudut hati.


Tak perlu saling menyalahkan,

semua tentang kita bukan kesalahan,

bagiku ini pembelajaran,

entah berakhir bahagia atau mengenaskan.


Selasa, 06 Oktober 2020

 Mode on


Pelan-pelan, ga ada yang serba instan, apalagi kalau soal "pengikhlasan". Tak secepat berubah jadi power ranger, pun spiderman dengan effort yang cepat. Bumi saja ikhlas menunggu hujan turun meski kadang dihadang mendung, senja saja ikhlas saat dia menghilang dan digantikan oleh malam, bintang-bintang yang menghiasi galaksi saja ikhlas saat sinarnya harus dihadang awan, bunga saja ikhlas saat sari-sarinya dihisap kumbang lalu ditinggalkan begitu saja. 

Jadi apa arti pengikhlasan? hmm.. kalau untuk diriku sendiri, ini jawabanku : pengikhlasan adalah bagian besar dari proses pendewasaan, dari ikhlas kita akan belajar banyak hal, mulai dari bagaimana kita akan merelakan sesuatu yang berharga, bagimana proses penyembuhan luka, bagaimana agar tak melulu menuruti ego, bagaimana memaklumi rasa, bagaiamana menerima apa yg semesta mau dan bagaimana kita akan mensyukuri apa yang telah Tuhan rencanakan. Sebab bagian tersulit dari mengikhlaskan adalah menerima semua yang sudah diatur oleh Tuhan. 

Tahu ga? bagaimana cara mendustakan Tuhan dengan cara yang sederhana? saat kita mengeluh dengan keadaan yang tak kita mau, kecewa saat apa yang diinginkan tak kunjung Tuhan ijabahkan, kecewa kenapa orang-orang selalu bahagia sedangkan kita selalu dibalut duka. Kita seolah-olah meragukan Tuhan dan hanya ingin hidup seperti yang sudah di idamkan, lalu lupa untuk bersyukur. 

Tahu kenapa sulit sekali mengikhlaskan?, karena kita lupa bersyukur! kita lupa bahwa apa yang sudah dituliskan oleh-Nya selalu menjadi akhir yang menyenangkan, meski kadang harus jungkir balik atau keluar masuk jurang untuk mendapatkan finishing yang bagus. Memang sulit dan butuh proses, tapi tak ada salahnya untuk mencoba. Semua kekecewaan, segala luka dan lara akan sirna saat kita bersyukur. Jadi begini, kunci hidup bahagia adalah bersyukur, percaya saja padaku kali ini, heee.

Hidup memang penuh perjuangan ya :)

Jumat, 02 Oktober 2020

Proses pendewasaan

 

Aku pernah berkata kepadamu belum? perihal "aku sulit jatuh cinta dan sulit melupa". Benar saja, bagiku untuk memutuskan harus jatuh cinta adalah hal yang sulit. Aku harus benar-benar memastikan bahwa itu cinta dan bukan hanya letupan sesaat atau hanya sekedar rasa kagum. 

Kenapa begitu? 

Dahulu aku pernah mencintai seseorang, lalu dia bilang kalau dia tak mau menjadi duniaku lagi. Padahal jelas-jelas aku mengatakan bahwa dia duniaku dan dia segalanya. ah, kau tau? dahulu aku sangat egois, sangat memaksa, dan aku benar-benar akan mencerca semua penghalang rasaku. Aku berleha-leha dalam duka yang cukup lama, lalu ada seorang kawan berkata "mencintai cukup sewajarnya, kamu juga berhak bahagia! toh tidak semua rasa harus berbalas". Benar, semua yang memaksa akan menambah luka. 

Mengagumi cukup sewajarnya, pun menyanyangi dan mencintai. Semua yang berlebih jika tak dapat di genggam akan  menyakitkan. Jatuh cinta bukan hanya sekedar cinta, cinta dan cinta. Di dalam kata itu ada kata "jatuh", kita semua bahkan tau apa makna jatuh. Tapi, lagi-lagi kita hanya peduli dengan kata "cinta", padahal jelas-jelas kalau jatuh ya sakit bukan?. Jadi kalau sudah siap jatuh cinta kamu juga harus siap terjatuh (sakit).

Jadilah pencinta yang elegan, tak egois dan tak memaksa. Semesta selalu punya caranya sendiri, jika dia pergi berarti semesta sedang mempersiapkan sesuatu yang baik untukmu. Tak perlu mencerca, semesta tak peduli, memangnnya semesta akan berkompromi denganmu dahulu perihal kisah baik atau buruk didepanmu? semua luka akan berakhir bahagia, percayalah.

Kamis, 01 Oktober 2020

Tak Lagi Digenggaman

 

Kini handphone itu tak lagi kugenggam,

sebab pesan kita sudah tenggelam.

telepon darimu sudah tak kunantikan,

sebab semua cerita sudah tak menyenangkan.


Barangkali hal yang paling menyesalkan ialah takut pengakuan karena penolakan,

barangkali hal yang paling menyebalkan ialah ketidakpastian,

barangkali hal yang memilukan ialah perpisahan,

barangkali hal yang melegakan ialah pengikhlasan.


Rindu ini pernah mengendap ikhlas meski tak berbalas,

mengambang dilaut lepas meski tanpa arah,

menancap kuat di dasar bumi meski tak berpenghuni.


Di dunia ini banyak tempat yang tak lazim,

kerinduan salah satunya.

Rabu, 30 September 2020

 NELANGSA


Kota ini sudah tak lagi sama, 

lampu jalanan tak lagi menyala, 

sunyinya malam kian menyapa,

dan semua tentang kita sudah sirna. 


Dulu, bila letih mengahmpiri, bahumu selalu menjadi sandaran. Bila semua isi kepala begitu  menyebalkankan, kau rumah tempat semua keluah kesah tumpah ruah. Bila semua asa dipatahkan, kau datang menyuguhkan tawa.

Namun, kini semua berubah, bahumu bukan lagi sandaran, dirimu bukan lagi rumah yang menenangkan,  lalu tawamu tak lagi dapatku saksikan. Sungguh nelangsa aku dibuatnya.

Kau yang pergi dan meninggalkan segenap luka, sedang aku tetap disini, bersama semua luka yang ku coba bawa pergi bersama kenangan. Tak apa, aku baik-baik saja tanpamu. Bukankah dulu sebelum bertemu denganmu aku sudah pernah kesepian? pergi saja dengannya yang sering kali kau agung-agunggkan dihadapanku, biar semua rasa dan luka ini ku bungkus rapat-rapat didalam botol duka.

Dalam sunyi paling sepi, ku sisipkan doa untukmu duhai tuan, agar dia yang bersamamu menyuguhkan  bahagia lebih dari aku, mendengarkan semua cerita meski kadang tak bermakna, menuntun saat kau hampir hilang arah dan mendekap kala isak tangis menghampiri. 

Aku tak melayangkan sumpah serapah padamu, sebab sampai detik kalimat ini ditulis yang aku lakukan hanyalah bersyukur dan melambungkan ribuan doa pada semesta agar kau baik-baik saja.