Selasa, 13 Oktober 2020

Lara


 Ditengah perbincangan diantara kita,

ku hanya ingin mendengar semua tentang kita,

bukan malah bercerita tentang dia,

yang kian menusuk dada

bak anak panah yang datang bergerilya.


Kau tak mengerti, 

Bagaimana rasanya mendengarmu berbicara tentang wanita lain dihadapanku,

bagaimana rasanya melihatmu menyisipkan senyum kecil tiap kali selesai berbicara tentangnya, 

bagaimana rasanya menatap matamu yang seolah-olah memang hanya dia yang ada di dalamnya, 

bagiama rasanya menahan luka lalu dibalut tawa saat bersamamu, 

bagaiman rasanya menyukaimu diam-diam agar kau tak menghilang, 

bagimana rasanya di keduakan saat aku ingin di dahulukan.


Kita....

seperti fajar dan senja yang tak sejiwa,

seperti kopi dan teh yang tak serasa,

seperti hitam dan putih yang tak sewarna,

seperti minyak dan air yang tak menyatu.


Untuk semua rasa yang menancap didalam sukma,

ku layangkan dengan penuh harap didalam ruang hampa,

ku terdiam sembari menelaah semua rasa,

tentang bagaimana agar bahagia tanpa memaksa,

tentang bagaimana mengobati luka agar tampak baik-baik saja.


Pada detik kesekian, kita akan dipaksa mengikhlaskan,

meski kadang menyesakkan bahkan memilukan,

tak mengapa, semua bahagia sedang menunggu diujung perjuangan,

semesta terkadang memang menyebalkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar