Rabu, 28 Oktober 2020

 Sedkit ku sedih


Hari ini tak sengaja mebuka album foto semasa kuliah. Kulihat satu persatu wajah mereka sembari berkata " kita pernah sedekat ini". Kita masih lucu-lucunya waktu itu, ke kampus tanpa make up dan goresan lipstikpun tak masalah, tidur saat mendengarkan pelajaran, datang pagi-pagi untuk menyalin tugas, hafalan yang ingin membuat pingsan, bahkan mencit pernah jadi sasaran dimana nyawanya direnggut oleh seorang kawan.

Kita berjalan tampak tak ada beban pikiran, saling bergandengan, memberi semangat masing-masing insan, hingga tiba pada perpisahan. Sejauh ini tak ada yang menyenagkan dari perpisahan. Tangisan? tentu saja, namun jelas disembunyikan.

Kini grup kelas tak seramai dahulu yang sering di spam bila tak ada tanggapan, kampus menantikan orang-orang yang kerap berlalu lalang, kelas merindukan orang-orang yang akhlaknya tak ada ampunan, dosen-dosen kehilangan mahasiswa yang menyebalkan, laboratorium kesepian sebab tak ada lagi bon peralatan, buku-buku di perpustakaan merindukan belaian, parkiran merindukan keramaian dan gorengan bukde kehilangan pelanggan.

Jarak menjadi penyebab kerenggangan, pekerjaan menjadi alasan klasik saat diminta reunian, lalu kita  saling menyalahkan dan enggan memulai percakapan. Sekarang jaman sudah canggih, sudah ada telfon genggam dan kau hanya memerlukan 2 kata "Apa kabar?", hanya itu saja kau enggan, tapi sering spam chat ke gebetan dan mantan yang belum ada kejelasan. 

Aku tahu kalian semua juga rindu, tapi ego kalian melumpuhkan hingga tak berani mengungkapkan.

Semoga pesan ini dibaca kawan-kawan seperjuangan yang kerap aku banggakan.

#Marireunian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar