Jumat, 23 Oktober 2020

 Penyesalan


Menyesakkan, saat harus menyaksikanmu mengucap kalimat sakral dihari pernikahan. Pagi itu, kau tampak menawan dengan sedikit riasan, kau amat bahagia hingga gemetaran, senyummu amat manis dengan kumis tipis, rambutmu yang biasanya acak adul kini berubah klimis, kau bertingkah menggemaskan sebab jantungmu ingin meledak katamu, kau menggempal kedua tanganmu yg menandakan kau cukup gelisah, tapi entah mengapa ini terasa memilukan untuk ku saksikan.

Untungnya, aku sudah terbiasa baik-baik saja didepanmu, ku lontarkan senyum bahagia meski dibaliknya banyak sekali luka, kubisikkan padamu agar tak salah ucap saat ijab kabul padahal yang ingin ku ucapkan ialah "jangan tinggalkan aku sendirian". Saat semua saksi berkata sah, air mata menetes dipelupuk mataku, kali ini aku tak bisa baik-baik saja dihadapanmu. ah, sialan, gejolak macam apa yang ada didalam dadaku saat ini, aku ingin menjerit, ingin memaki, ingin meraung-raung ditengah kerumunan, tapi kulihat kau tersenyum bahagia dan aku tak bisa berbuat apa-apa.

Sampai detik itu, semua perasaan tak pernah ku ungkapkan, dan yang tersisa hanya penyesalan. Kini yang tertinggal hanya kenangan, tak akan ada lagi pertemuan bahkan perbincangan. Bukan ingin menghilang, hanya saja aku enggan terus-terusan larut dalam penyesalan. Meski tak pernah terucap, kita memang memutuskan berteman, bukan malah membuat ikatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar